Rabu, 10 Oktober 2012
Gravitasi Bumi Naik Enam Kali Lipat
JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Tepat pukul 17:00 waktu Greenwich atau 24:00 tengah malam 7 Juli 2010 akan terjadi fenomena luar biasa dengan gaya gravitasi naik 6 kali lipat.
Hal itu karena planet Merkurius, Bumi, Venus, Uranus dan Neptunus berada tepat satu garis dengan matahari.
Berita ini, sekarang sedang marak beredar di internet melalui email dan mailis. Disebutkan peristiwa seperti itu hanya terjadi dalam kurun 20.000 ribu tahun sekali.
Akibat peristiwa itu laut akan mengalami pasang naik dan kemungkinan akan meluap.
Berat benda juga akan naik 6 kali lipat. Jika berat badan 50 kg bisa jadi 300 kg.
Semua benda juga akan tertarik ke permukaan bumi. Burung, kelelawar yang terbang dalam jarak 1 km dari permukaan bumi akan langsung tertarik dan jatuh.
NASA sudah memperingatkan semua perusahaan penerbangan agar tidak take off pada jam tersebut dan fenomena ini akan berlangsung sekitar 10 menit.
Namun Peneliti Senior Astronomi dan Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaludin membantah berita itu.
Menurutnya fenomena segarisnya planet secara astronomi hal biasa, walau sebenarnya tidak tepat segaris.
"Isu itu tidak benar, NASA tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu. Lagipula NASA juga tidak mungkin memberikan informasi secara mendadak. Itu kan butuh pengamatan yang sangat lama dan akan diberi tahu jauh-jauh hari," terang Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika LAPAN, Thomas Jamalludi, Jakarta.
Dia juga menambahkan fenemona seperti itu dalam ilmu Astronomi dan Astrofisika tidak mungkin terjadi. Pasalnya, matahari jauh lebih besar ketimbang Bumi dan planet lainnya, jarak antara satu planet dengan satu planet lainnya juga sangat jauh.
"Struktur garis beredar antar planet itu berbeda. Dalam ilmu astronomi memang ada kemungkinan seperti itu (tepat satu garis), akan tetapi sebenarnya tidak betul-betul segaris. Dampak yang dihasilkan pun juga tidak separah itu," sebutnya.
Thomas menyebutkan, pasang surut air laut terjadi karena bulan saja, dan tidak mungkin terjadi karena fenomena yang lain.
"Isu seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi, pada 1997 dan 5 Mei 2000, semuanya dikaitkan dengan Kiamat. Tapi hingga saat ini, tidak terbukti," tandasnya.
Rabu, 25 Juli 2012
Hubble membuka tabir galaksi-galaksi hantu
Hubble membuka tabir galaksi-galaksi hantu
Teleskop Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membuka tabir galaksi-galaksi kecil yang tersembunyi di sekitar Galaksi Bima Sakti, galaksi-galaksi yang disebut menyerupai hantu.
Dalam studi menggunakan data-data dari teleskop Hubble, tim peneliti yang dipimpin oleh Tom Brown dari Space Telescope Science Institute di Baltimore, Amerika Serikat, menganalisis tiga galaksi kecil yang dinamai Hercules, Leo IV dan Ursa Major.
Menurut data dari teleskop Hubble, ketiga galaksi kecil itu punya bintang-bintang dangan tanggal lahir sama.
Galaksi-galaksi itu mulai terbentuk lebih dari 13 miliar tahun yang lalu--dan kemudian tiba-tiba berhenti--, semuanya pada satu miliar tahun pertama setelah semesta terbentuk dalam ledakan besar.
"Galaksi-galaksi ini semuanya sangat tua dan mereka semua berusia sama, jadi sepertinya sesuatu seperti guillotine datang dan menghentikan pembentukan bintang pada saat yang sama pada galaksi-galaksi ini," kata Brown seperti dikutip dari laman NASA.
"Ini adalah fosil dari galaksi-galaksi pertama di alam semesta. Mereka belum berubah dalam miliaran tahun. Galaksi ini tidak seperti galaksi lain yang lebih dekat, yang punya sejarah panjang pembentukan bintang," tambahnya.
Populasi bintang dalam galaksi-galaksi itu tergolong sedikit, berkisar antara beberapa ratus sampai beberapa ribu bintang, ada yang lebih pucat dari Matahari dan ada yang lebih terang.
Menurut hasil studi, galaksi-galaksi yang berada sekitar 330.000 tahun cahaya sampai 490.000 tahun cahaya dari Bumi itu didominasi oleh materi gelap, substansi tak terlihat yang mengisi massa semesta.
"Galaksi kecil dalam studi kami terbuat kebanyakan dari materi gelap karena gas hidrogen mereka terionisasi dan bintang jadi padam," jelas Brown.
Pulau yang kebanyakan terdiri atas materi gelap itu tak terlihat berdampingan dengan Bima Sakti selama miliaran tahun sampai astronom menemukan mereka dalam survei menggunakan teknik otomatisasi komputer untuk mencari melalui gambar-gambar digital dalam satu dekade terakhir.
Astronom berpikir sisa langit seharusnya berisi galaksi-galaksi yang dijuluki ultra kerdil itu namun keberadaan mereka selama ini sulit dideteksi karena hanya memiliki sedikit bintang
PLANET "PANAS" TEREKAM SEDANG MENGUAP
PLANET "PANAS" TEREKAM SEDANG MENGUAP
Studi yang dipimpin oleh Alain Lecavelier dari Institute of Astrophysics di paris berhasil mengungkap adanya planet yang tengah menguap.Lecavelier menggunakan teleskop antariksa Hubble untuk mengetahui hal tersebut. Ia mengobservasi atmosfer planet HD 189733b, planet seukuran Jupiter berjarak 60 tahun cahaya dari Bumi yang mengorbit pada jarak 1/30 jarak Bumi-Matahari dekat. Planet itu tergolong jenis "gas panas Jupiter".Observasi dilakukan dengan metode transit, saat planet melewati muka bintang. Koleksi data dilakukan dua kali, pada awal 2010 dan akhir 2011.
Pada observasi tahun 2010, ilmuwan tak menyaksikan adanya atmosfer yang menguap. Tapi dalam penelitian tahun 2011, ilmuwan berhasil menyaksikan bahwa atmosfer planet HD 189733b menguap, gasnya terlihat membumbung menjauhi permukaan planet tersebut.
Tak seperti pada planet yang menguap lainnya, ilmuwan kali ini mengetahui penyebab penguapan pada planet HD 189733b.
Sebelum terjadi penguapan, satelit Swift milik NASA mengetahui adanya sinar-X yang berasal dari bintang induk HD 189733b, diduga menyebabkan badai bintang yang sangat kuat, sama seperti fenomena badai Matahari yang juga terjadi di Tata Surya.
Karena planet berjarak sangat dekat dengan bintang, sinar-X yang sampai ke planet memanaskan atmosfernya hingga puluhan ribu derajat Celsius. Panas menyebabkan gerak molekul gas lebih cepat sehingga bisa bebas dari pengaruh gravitasi dan menguap.
"Penemuan ini mengatakan pada kita bahwa penguapan atmosfer adalah fenomena yang benar-benar terjadi pada planet yang dekat dengan bintangnya," kata Lecavelier seperti dikutip situsNational Geographic, Kamis (28/6/2012).
Belum diketahui berapa volume gas yang hilang selama penguapan terjadi. Diperkirakan, kecepatan penguapan adalah ribuan ton gas dalam semenit. Meski demikian, gas uyang ada pada HD 189733b sangat banyak. Jadi, penguapan tidak akan menyebabkan planet kehilangan massanya secara berarti.
Kepler Temukan 54 Planet Yang Dapat Dihuni
Teleskop luar angkasa Kepler telah membuat penemuan menakjubkan. Lewat konferensi pers yang digelar NASARabu (2/2/2011) siang waktu Washington atau Kamis (3/2/11) dini hari WIB, hal utama yang diumumkan adalah bahwa Kepler telah menemukan 1.235 planet dengan 54 diantaranya potensial mendukung kehidupan.
Namun, di luar isu utama tentang penemuan planet yang bisa dihuni itu, Kepler menyimpan temuan lain yang tak kalah menakjubkan. Teleskop luar angkasa yang baru beroperasi tahun 2009 ini menemukan sebuah tata surya baru beranggotakan 6 buah planet. Seluruh planet mengorbit satu bintang induk yang dinamai Kepler 11.
Tata surya baru itu berjarak 2000 tahun cahaya dari Bumi. Tata surya ini unik sebab merupakan tata surya pertama yang memiliki jumlah planet transit lebih dari 3. Dalam konferensi pers yang digelar, NASA mengatakan, "Ini adalah grup terbesar planet transit mengorbit satu bintang induk yang pernah ditemukan di luar tata surya kita."
Planet transit secara sederhana bisa dikatakan sebagai planet yang memiliki jarak orbit sangat dekat dengan bintangnya. Ketika planet tersebut melintas di muka bintang, maka planet itu akan tampak seolah-olah sedang singgah atau transit di sana. Dalam tata surya kita, tak jarang ditemui fenomena transit Merkurius saat planet tersebut melintasi Matahari. Proses transit secara sederhana adalah "gerhana".
Temperatur seluruh planet lebih panas dari Venus, sekitar 400 hingga 1400 derajat Fahrenheit. Para astronom mengungkapkan, seluruh planet yang mengorbit Kepler 11 memiliki ukuran lebih besar dari bumi. Rentang ukurannya sekitar 2 hingga 4,5 kali massa bumi. Planet yang terbesar diperkirakan memiliki ukuran setara dengan Uranus atau Neptunus. Keseluruhannya ditemukan dengan cara melihat peredupan cahaya bintang induk saat planet melintasi wilayah antara bintang dan teleskop.
Keunikan lain tata surya baru ini adalah arsitekturnya. Anggota tata surya Kepler 11 terdiri atas planet-planet tersusun kompak, memadati area di dekat bintang induk. Sebanyak 5 planet seolah mengumpul saling berdekatan sementara 1 lainnya tampak "terpental" karena sedikit terpisah. Planet terdekat adalah Kepler 11-b yang jarak dengan bintang induknya 10 kali lebih dekat dari jarak Bumi-Matahari. Sementara planet terjauh adalah Kepler 11-g yang jarak dengan bintang induknya 1/2 jarak Bumi-Matahari.
Sejauh ini, belum diketahui adanya tata surya dengan arsitektur sedemikian unik. Sebanyak 5 planet yang seolah mengumpul adalah Kepler 11-b, Kepler 11-c, Kepler 11-d, Kepler 11-d dan Kepler 11-e. Sementara, planet yang sedikit terpental adalah Kepler 11-g. Seluruhnya merupakan planet yang terdiri atas campuran batuan, gas dan mungkin air.
Planet Kepler 11-d, Kepler 11-e dan Kepler 11-f mempunyai jumlah gas ringan yang signifikan, menandakan bahwa ketiganya baru terbentuk dalam jangka waktu beberapa juta tahun terakhir. Seluruh planet memiliki waktu revolusi antara 10-47 hari.
Dengan penemuan tata surya baru ini, Kepler semakin memantapkan posisinya sebagai teleskop luar angkasa unggulan masa kini. Prediksi Geoff Marcy, astronom dari University of California di Berkeley, pada tahun 2020 Kepler akan menemukan setidaknya 10.000 planet. Sementara pada tahun 2030, jumlahnya temuannya bisa bertambah 20.000 lagi. Hingga konferensi NASA kemarin, Kepler telah menemukan 1235 planet.
54 Planet serupa Bumi
Sementara itu, terkait dengan penemuan 1.235 planet di luar tata surya, William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler, mengakui, penemuan ini sangat mengejutkan. Apalagi karena dari jumlah itu, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Ia memerinci, dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.
"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.
Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.
Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.
Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.
Namun, di luar isu utama tentang penemuan planet yang bisa dihuni itu, Kepler menyimpan temuan lain yang tak kalah menakjubkan. Teleskop luar angkasa yang baru beroperasi tahun 2009 ini menemukan sebuah tata surya baru beranggotakan 6 buah planet. Seluruh planet mengorbit satu bintang induk yang dinamai Kepler 11.
Tata surya baru itu berjarak 2000 tahun cahaya dari Bumi. Tata surya ini unik sebab merupakan tata surya pertama yang memiliki jumlah planet transit lebih dari 3. Dalam konferensi pers yang digelar, NASA mengatakan, "Ini adalah grup terbesar planet transit mengorbit satu bintang induk yang pernah ditemukan di luar tata surya kita."
Planet transit secara sederhana bisa dikatakan sebagai planet yang memiliki jarak orbit sangat dekat dengan bintangnya. Ketika planet tersebut melintas di muka bintang, maka planet itu akan tampak seolah-olah sedang singgah atau transit di sana. Dalam tata surya kita, tak jarang ditemui fenomena transit Merkurius saat planet tersebut melintasi Matahari. Proses transit secara sederhana adalah "gerhana".
Temperatur seluruh planet lebih panas dari Venus, sekitar 400 hingga 1400 derajat Fahrenheit. Para astronom mengungkapkan, seluruh planet yang mengorbit Kepler 11 memiliki ukuran lebih besar dari bumi. Rentang ukurannya sekitar 2 hingga 4,5 kali massa bumi. Planet yang terbesar diperkirakan memiliki ukuran setara dengan Uranus atau Neptunus. Keseluruhannya ditemukan dengan cara melihat peredupan cahaya bintang induk saat planet melintasi wilayah antara bintang dan teleskop.
Keunikan lain tata surya baru ini adalah arsitekturnya. Anggota tata surya Kepler 11 terdiri atas planet-planet tersusun kompak, memadati area di dekat bintang induk. Sebanyak 5 planet seolah mengumpul saling berdekatan sementara 1 lainnya tampak "terpental" karena sedikit terpisah. Planet terdekat adalah Kepler 11-b yang jarak dengan bintang induknya 10 kali lebih dekat dari jarak Bumi-Matahari. Sementara planet terjauh adalah Kepler 11-g yang jarak dengan bintang induknya 1/2 jarak Bumi-Matahari.
Sejauh ini, belum diketahui adanya tata surya dengan arsitektur sedemikian unik. Sebanyak 5 planet yang seolah mengumpul adalah Kepler 11-b, Kepler 11-c, Kepler 11-d, Kepler 11-d dan Kepler 11-e. Sementara, planet yang sedikit terpental adalah Kepler 11-g. Seluruhnya merupakan planet yang terdiri atas campuran batuan, gas dan mungkin air.
Planet Kepler 11-d, Kepler 11-e dan Kepler 11-f mempunyai jumlah gas ringan yang signifikan, menandakan bahwa ketiganya baru terbentuk dalam jangka waktu beberapa juta tahun terakhir. Seluruh planet memiliki waktu revolusi antara 10-47 hari.
Dengan penemuan tata surya baru ini, Kepler semakin memantapkan posisinya sebagai teleskop luar angkasa unggulan masa kini. Prediksi Geoff Marcy, astronom dari University of California di Berkeley, pada tahun 2020 Kepler akan menemukan setidaknya 10.000 planet. Sementara pada tahun 2030, jumlahnya temuannya bisa bertambah 20.000 lagi. Hingga konferensi NASA kemarin, Kepler telah menemukan 1235 planet.
54 Planet serupa Bumi
Sementara itu, terkait dengan penemuan 1.235 planet di luar tata surya, William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler, mengakui, penemuan ini sangat mengejutkan. Apalagi karena dari jumlah itu, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Ia memerinci, dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.
"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.
Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.
Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.
Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)